Rabu, 23 Juli 2008

Makna Hari Kebangkitan Bagi Kita

Indonesia Bangkitlah

Oleh : Muk Kuang

Tak terasa sudah satu abad bangsa ini memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Berbagai peristiwa telah mewarnai perjalanan panjang bangsa Indonesia. Berbagai prestasi dibidang olahraga dan pendidikan, pembangunan nasional, musibah, keterpurukan ekonomi, konflik, pernah menjadi bagian dari buku harian bangsa kita. Kini, di tahun 2008 bagaimana dengan buku harian bangsa ini?, Apakah masih akan ada tinta merah mewarnai perjalanan bangsa ini menuju masa depan? atau sudah saatnya lembar demi lembar dari perjalanan bangsa ini diisi dengan sebuah hal yang membanggakan?, Siapkah kita?, Lalu sendi-sendi mana yang perlu kita ubah?


Kebangkitan Mental
Problematika terbesar yang harus segera diatasi adalah persoalan mental. Sikap mental yang selalu enggan melakukan perubahan, memelihara pola pikir yang negatif, selalu mengatakan tidak bisa, pasti gagal, kemalasan, ketidakdisiplinan, iri hati, atau bahkan kehilangan kepercayaan diri sebagai bangsa yang besar adalah sebagian besar karakter yang mestinya dihancurkan. 100 tahun memperingati kebangkitan, akan tetapi masih menjalankan pola-pola lama, dan mengadopsi sikap mental yang sama, maka kebangkitan nasional hanya akan menjadi sebuah wacana kalau begitu kondisinya. Sebuah kebangkitan nasional seharusnya juga diwarnai dengan sebuah kebangkitan mental yang baru. Sebuah mental untuk memberikan yang terbaik kepada bangsa ini lewat peran dan karya masing-masing anak bangsa. Seluruh jajaran baik itu legislatif, pemerintahan, maupun masyarakat mengambil peran dalam kebangkitan nasional ini dengan mengubah perilaku dan cara berpikir ke arah yang lebih positif.


Kebangkitan Semangat dan Kebersamaan
Situasi apapun yang pernah melanda bangsa ini, tidak seharusnya menciutkan nyali kita semua untuk tetap bangkit dan menjadi bangsa yang besar. Semangat untuk berjuang dan meraih yang terbaik di segala bidang hendaknya menjadi sebuah kultur yang dipedomani oleh segala lapisan masyarakat. Tak sedikit dari kita ketika masalah datang, musibah terjadi, himpitan ekonomi yang ada menciptakan sebuah krisis semangat dan kepercayaan diri menatap masa depan, atau bahkan ironisnya dijadikan momentum untuk saling menyalahkan pihak-pihak terkait. Apakah ini semangat kebangkitan nasional yang mau diusung?, Lalu mau sampai kapan?
Kebiasaan-kebiasaan seperti ini yang seharusnya diubah. Sikap suportif dan kerjasama yang sinergi yang dibutuhkan untuk memulihkan situasi yang ada bukan saling cemburu dan menjatuhkan satu sama lain.


Kebangkitan Moral
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sebuah perbedaan, bangsa yang bisa menghormati satu sama lain, bangsa yang mengedepankan hak asasi manusia, bangsa yang memiliki integritas yang tinggi, bangsa yang menjunjung nilai-nilai yang positif. Bukan saatnya lagi saling menjatuhkan, melakukan tindak kekerasan terhadap kaum lemah, saling menuding, ketidakjujuran, melakukan praktek-praktek korupsi, melakukan pengrusakan, memicu konflik, menutupi kebohongan dari masyarakat. Seseorang tidak hanya dilihat dari sisi intelektual saja, tetapi juga dari sisi bagaimana ia berperilaku dan memiliki sikap yang positif dilingkungan. Begitupun dengan sebuah bangsa, tidak hanya dilihat dari seberapa besarnya sumber kekayaan alamnya, tapi juga dilihat pribadi-pribadi di dalam sebuah bangsa itu sendiri bagaimana ia berperilaku. Integritas dan karakter bangsa akan dibangun oleh individu-individu didalamnya. Sedih sekali kalau bangsa ini berada di peringkat atas untuk kasus korupsi maupun kasus pengrusakan hutan. Tentunya bukan ini yang akan menjadi kebanggaan kita bersama. Mari bersama kita bangkit dengan membangun sebuah bangsa yang beretika baik dan memiliki karakter yang positif di mata dunia.


Hendaknya label yang selalu kita berikan sebagai bangsa yang besar, tidak sekedar nama saja melainkan diikuti dengan semangat dan kemauan yang besar pula untuk menjadikan Indonesia semakin baik tiap tahunnya.
Kiranya peringatan kebangkitan nasional tidak sekedar sebuah formalitas, melainkan dijadikan sebagai sebuah momentum untuk kita bersama mengambil sebuah langkah perubahan dengan mematahkan belenggu mental, semangat, dan moral yang negatif. Perjalanan bangsa ini belum berakhir, banyak harapan di depan mata yang masih harus direalisasikan, tapi tentunya hal ini bukanlah pekerjaan satu atau dua orang saja, melainkan menjadi tugas dan tanggung jawab kita semua. Mari bersama kita berikan sebuah arti yang positif untuk bangsa ini melalui karya-karya maupun tindakan kita.

Kamis, 17 Juli 2008

Sejarah Nasional

STOVIA cikal bakal berdirinya Boedi Oetomo kini diabadikan

menjadi Museum Kebangkitan Nasional. (Filmon L. Warouw/Depkominfo)

Sejarah Singkat Boedi Oetomo

Bangsa Indonesia, yang dijajah oleh Belanda, hidup dalam penderitaan dan kebodohan selama ratusan tahun. Bahkan tingkat kecerdasan rakyat, sangat rendah. Hal ini adalah pengaruh sistem kolonialisme yang berusaha untuk “membodohi” dan “membodohkan” bangsa jajahannya.

Politik ini jelas terlihat pada gambaran berikut:

  1. Pengajaran sangat kurang, bahkan setelah menjajah selama 250 tahun tepatnya pada 1850 Belanda mulai memberikan anggaran untuk anak-anak Indonesia, itupun sangat kecil.
  2. Pendidikan yang disediakan tidak banyak, bahkan pengajaran tersebut hanya ditujukan untuk menciptakan tenaga yang bisa baca tulis dan untuk keperluan perusahaan saja.

Keadaan yang sangat buruk ini membuat dr. Wahidin Soedirohoesodo yang mula-mula berjuang melalui surat kabar Retnodhumilah, menyerukan pada golongan priyayi Bumiputera untuk membentuk dana pendidikan. Namun usaha tersebut belum membuahkan hasil, sehingga dr. Wahidin Soedirohoesodo harus terjung ke lapangan dengan berceramah langsung.

Lorong kelas di STOVIA tempat dr. Soetomo dan kawan-kawan

menuntut ilmu. (Filmon L. Warouw/Depkominfo)

Berdirinya Boedi Oetomo

Dengan R. Soetomo sebagai motor, timbul niat di kalangan pelajar STOVIA di Jakarta untuk mendirikan perhimpunan di kalangan para pelajar guna menambah pesatnya usaha mengejar ketertinggalan bangsa.

Langkah pertama yang dilakukan Soetomo dan beberapa temannya ialah mengirimkan surat-surat untuk mencari hubungan dengan murid-murid di kota-kota lain di luar Jakarta, misalnya: Bogor, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Magelang.

Pada hari Sabtu tanggal 20 Mei 1908 pukul 9 pagi, Soetomo dan kawan-kawannya: M. Soeradji, M. Muhammad saleh, M. Soewarno, M. Goenawan, Soewarno, R.M. Goembrek, dan R. Angka berkumpul dalam ruang kuliah anatomi. Setelah segala sesuatunya dibicarakan masak-masak, mereka sepakat memilih “Boedi Oetomo” menjadi nama perkumpulan yang baru saja mereka resmikan berdirinya.

Ruang Anatomi tempat pertemuan dr. Soetomo dkk membahas

pendirian Boedi Oetomo. Kini ruangan ini dinamakan Ruang Memorial

dr. Soetomo. (Filmon L. Warouw/Depkominfo)

“Boedi” artinya perangai atau tabiat sedangkan “Oetomo” berarti baik atau luhur. Boedi Oetomo yang dimaksud oleh pendirinya adalah perkumpulan yang akan mencapai sesuatu berdasarkan atas keluhuran budi, kebaikan perangai atau tabiat, kemahirannya.

Kongres Pertama Boedi Oetomo (3 Oktober – 5 Oktober 1908)

Kongres ini diadakan di Kweekschool atau Sekolah Guru Atas Yogyakarta (Sekarang SMA 11 Yogyakarta) dengan pembicara:

  1. R. Soetomo (STOVIA Weltevreden)
  2. R. Saroso (Kweekschool Yogyakarta)
  3. R. Kamargo (Hoofd der School Magelang)
  4. Dr. MM. Mangoenhoesodo (Surakarta)
  5. M. Goenawan Mangoenkoesoemo

Setelah berlangsung selama tiga hari, kongres yang dipimpin oleh dr. Wahidin Soedirohoesodo mengesahkan Anggaran Dasar Boedi Oetomo yang pada pokoknya menetapkan tujuan perhimpunan sebagai berikut:

Kemajuan yang selaras (harmonis) buat negara dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, kebudayaan (kesenian dan ilmu pengetahuan).

Beberapa prestasi yang diraih oleh Boedi Oetomo diantaranya: penerbitan majalah "Guru Desa", perubahan pelajaraan Bahasa Belanda di Sekolah Dasar yang semula hanya diajarkan di kelas tiga ke atas berubah menjadi mulai kelas satu, serta mendirikan surat kabar resmi Boedi Oetomo berbahasa Belanda, Melayu, dan Jawa.

Boedi Oetomo telah memberikan teladan dengan berdiri di barisan terdepan membawa panji-panji kesadaran, menggugah semangat persatuan, adalah suatu kenyataan yang tidak boleh dikesampingkan.

__________________________________________________________________________________________________________

Apa?

Seratus tahun telah kita lalui sejak ditetapkannya tangal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Nilai-nilai Kebangkitan Nasional yang diperjuangkan para pendahulu kita telah menjadi perekat jalinan persatuan dan kesatuan diantara kekuatan dan komponen bangsa. Ia telah memberi semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan, mengejar ketertinggalan dan membebaskan diri dari keterbelakangan. Nilai-nilai tersebut menjadi dasar perjuangan para pemuda yang kemudian pada tanggal 20 Mei 1908 terorganisasi dalam wadah pergerakan bernama Boedi Oetomo. Dari sinilah kemudian semangat nilai-nilai persatuan dan kesatuan ini semakin mengkristal dan menjadi kekuatan moral bangsa sebagaimana tertuang dalam ikrar Soempah Pemoeda, pada tanggal 28 Oktober 1928. Perjuangan panjang yang ditempuh oleh bangsa Indonesia tersebut, akhirnya kita capai dengan memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai bangsa yang Merdeka dari penjajahan.

Mengapa?

Bangsa Indonesia telah bersepakat bahwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang diperoleh melalui perjuangan panjang tersebut harus tetap dipertahankan, dipelihara dan dijaga. Dalam kurun waktu 62 tahun perjalanannya, berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan masih saja terjadi. Beberapa tahun terakhir ini bangsa kita dilanda dengan berbagai cobaan berupa bencana alam sebagai akibat atau pengaruh lingkungan global yang menyebabkan kerusakan di berbagai sektor kehidupan kita bahkan menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar. Dengan memperhatikan perkembangan dan kecenderungan penomena bangsa tersebut, maka semangat dan jiwa Kebangkitan Nasional menjadi penting untuk terus tetap digelorakan dalam setiap individu warga negara Indonesia, agar tetap waspada dalam rangka menjaga keutuhan kita sebagai sebuah bangsa yang besar dalam bingkai NKRI.

Bagaimana?

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-100 Tahun 2008 ini akan kita jadikan sebagai sebuah momentum untuk memasuki kebangkitan Nasional pada tahun-tahun berikutnya. Momentum ini ditandai dengan berbagai kegiatan dan aktifitas yang dilakukan oleh pemerintah bersama seluruh komponen bangsa dari pusat sampai daerah untuk terus mengokohkan, menguatkan dan memelihara semangat kebangkitan Nasional.


100 Tahun Indonesia Bisa


100 Tahun Kebangkitan nasional


Peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional Indonesia diawali dengan Pagelaran Peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional yang akan diadakan pada 20 Mei 2008 di Stadion Gelora Bung Karno. Pada kesempatan itu, Presiden juga akan mencanangkan tahun kebangkitan Indonesia dengan slogan Indonesia Bisa !

Panitia Nasional Peringatan 100 tahun kebangkitan nasional telah dibentuk berdasarkan SK Presiden Nomor 5 yang dikeluarkan pada 25 Februari 2008.


Presiden RI





Wakil Presiden RI



Susunan
Panitia Nasional


Tugas Panitia Nasional

  • Mengadakan persiapan penyelenggaraan peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional dengan melakukan kerjasama dengan berbagai departemen, lembaga pemerintah non departemen, pemerintah daerah, instansi pemerintah lainnya dan pihak lain yang dianggap perlu.
  • Mempersiapkan pedoman dan petunjuk yang diperlukan untuk kegiatan tingkat pusat, tingkat daerah dan di lingkungan masyarakat.
  • Menggerakkan semua komponen bangsa untuk berperan serta dalam penyelenggaraan kegiatan yang berkaitan dengan peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional.


Visi dan Misi peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional

Visi

meningkatkan kesadaran berbangsa, menguatkan jati diri, dan bergerak menuju bangsa maju di dunia.

Misi

menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran dan semangat juang masyarakat. Memperkuat kepribadian bangsa, memperkokoh nilai-nilai budaya bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional. Mempertebal (memperkuat) jiwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam mewujudkan Indonesia yang damai (peace), adil (justice) demokratis (democracy).

Slogan dan Logo 100 tahun Kebangkitan Nasional diharapkan dapat ditayangkan oleh seluruh media televisi dan cetak, seluruh penerbitan dokumen resmi pemerintah dan dapat dipasang oleh setiap instansi / organisasi masyarakat yang melaksanakan kegiatan peringatan Hari Kebangkitan Nasional.

Arti Logo Indonesia Bisa !!!

Logo Peringatan 100 tahun Kebangkitan memiliki makna sesuai dengan visi dan misinya. Tiga bendera melambangkan tiga visi dan misi, huruf “Indonesia” yang berwarna merah melambangkan “tekad” dan “keberanian”, huruf “Bisa” berwarna hitam melambangkan “ketegasan”.



Kegiatan utama peringatan Hari Kebangkitan Nasional

1. Pagelaran peringatan Kebangkitan Nasonal Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan Jakarta pada tanggal, 20 Mei 2008.
2. Penayangan PSA (Public Service Announcement) di seluruh stasiun televisi nasional maupun lokal, RRI & PRSSNI,

Memaknai Hari Kebangkitan Nasional



SETIAP tanggal 20 Mei, diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Sejarah kita mencatat tokoh intelektual lokal pada masa itu, yakni dr. Wahidin Sudirohusodo, alumni Sekolah Dokter Jawa (STOVIA), memprakarsai pembentukan sebuah organisasi modern yang bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan.
Pada 20 Mei 1908, dia mengumpulkan para murid dari STOVIA, OSVIA, Sekolah Guru, Sekolah Pertanian, dan Sekolah Kedokteran Hewan di Jakarta, yang melahirkan Budi Utomo.
Dalam perjalanannya, Budi Utomo memang tidak lebih dari organisasi para priyayi Jawa dan kurang berperan dalam kancah politik maupun perjuangan kemerdekaan. Namun, gagasan mengenai perlunya membangun kesadaran berbangsa melalui pendidikan dan kebudayaan adalah terobosan pemikiran pada masa itu.
Semangat inilah yang terus berusaha dikumandangkan oleh para founding fathers republik dan para penerusnya demi menjaga dan memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Kini, yang menjadi pertanyaan kita: dalam situasi bangsa yang seperti sekarang ini, ketika arus disintegrasi menguat dan segala urusan senantiasa diwarnai nuansa SARA, masihkah makna Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2008 relevan?
Jujur saja, mungkin banyak di antara kita yang ragu menjawab bahwa nilai-nilai itu masih relevan, apalagi melihat fakta bahwa apa yang terjadi di lapangan sangat berbeda antara bumi dan langit dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan. Terutama di tengah-tengah situasi di mana kualitas hidup yang dijalani sebagian besar rakyat Indonesia semakin menurun, sementara sebagian lainnya makin makmur dan sejahtera. Kesenjangan itu sangat nyata, bukan saja antar masyarakat, tetapi juga antar daerah.
Artinya, bila pertanyaan mengenai relevansi Kebangkitan Nasional itu menguat, berarti juga merepresentasikan situasi di alam bawah sadar maupun alam sadar kita apakah masih relevan kita hidup bersama-sama sebagai satu bangsa, satu negara yang bernama Republik Indonesia?
Itulah pertanyaan besar dan sangat mendasar. Dan hal itu tidak bisa dijawab hanya melalui kegiatan-kegiatan yang digalang oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam rangka Harkitnas 2007 ini. Kegiatan-kegiatan seremonial seperti itu tak lebih dari sekadar upaya mengingatkan bahwa 99 tahun lalu ada pergerakan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat (di Jawa) mengenai sebuah nation, sebuah bangsa.
Kita setuju bahwa rasa persatuan dan kesatuan sebagai sesama bangsa Indonesia adalah aset, potensi, dan kekuatan yang dibutuhkan dalam menjaga keutuhan Republik Indonesia, dan dalam menghadapi berbagai krisis yang masih mencengkeram sampai saat ini. Namun bagaimana mewujudkan itu dalam kenyataan?
Tahun depan sudah dicanangkan akan diperingati sebagai satu abad (100 tahun) Hari Kebangkitan Nasional, mungkin peristiwa itu akan diramaikan dengan berbagai kegiatan dan seremoni yang meriah. Namun, berbagai kegiatan itu juga tidak akan mampu menjawab pertanyaan: apakah insentif dan keuntungan kita menjadi satu bangsa yang bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia?
Pertanyaan seperti itu sangat dirasakan oleh saudara-saudara kita yang tinggal di pulau-pulau lain di luar Jawa, sebab banyak di antara mereka yang tidak tersentuh oleh pembangunan. Di wilayah-wilayah yang berbatasan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina atau Singapura, lebih menguntungkan berhubungan langsung dengan para tetangga itu ketimbang dengan Jakarta, yang memang lebih jauh jaraknya.
Sampai hari ini, kita harus mengakui bahwa pembangunan masih berorientasi di dan ke Jawa, yang memang harus diakui pula sebagai pulau yang paling padat penduduknya. Namun kenyataan itu tidak boleh membuat pemerintah kemudian mengabaikan pembangunan di wilayah-wilayah lain di luar Jawa.
Lebih konkret lagi, pemerintah harus memberikan insentif kepada wilayah-wilayah lain itu untuk menunjukkan bahwa tergabung dalam Republik Indonesia memang menguntungkan, mensejahterakan, memberi keadilan, memberi rasa damai dan tenteram dst.
Menurut hemat kita, harus ada upaya-upaya khusus untuk pembangunan lebih banyak pelabuhan, membangun armada kapal nasional yang besar, memperbaiki dan memperbanyak bandar-bandar udara, memperbaiki dan membangun jalan-jalan, sekolah, rumah sakit dll. di wilayah-wilayah luar Jawa. Pembangunan infrastruktur dasar seperti itu akan menyadarkan rakyat bahwa memang ada manfaat dan insentif menjadi bangsa Indonesia.
Masalahnya adalah tayangan kelakuan para pemimpin di aras nasional yang cenderung memperlihatkan mereka hanya cari kekayaan sendiri atau cari selamat sendiri (terbukti dari banyaknya kasus-kasus korupsi yang tidak semakin surut). Hal-hal seperti itu sama sekali tidak mendukung upaya membangun sebuah semangat kebangsaan.
Dalam keterbatasannya, dr Wahidin dan kawan-kawannya telah membawa terobosan sejarah. Saat ini, sesungguhnya kita juga membutuhkan seorang pemimpin yang berani melangkah maju menuju era Kebangkitan Nasional Kedua, seorang pemimpin yang punya visi membawa lompatan kemajuan besar bagi bangsanya, seperti pernah dan telah dialami tetangga-tetangga dekat kita. Tetapi tampaknya kita memang masih berada di taraf Baru Bisa Mimpi, seperti tayangan acara di televisi.




Hari Kebangkitan Nasional Di Cirebon

Pemkot Cirebon Serahkan Bantuan Pada Hari Kebangkitan Nasional

Pemkot Cirebon menyerahkan bantuan sarana peribadatan dan Bantuan Modal Usaha Bergulir UUPPKS Tahun 2008, Rabu (21/5), pada upacara peringatan 100 tahun hari kebangkitan nasional di Alun-alun Kejaksaan.

Bantuan sarana peribadatan diserahkan secara simbolis oleh H. Sunaryo HW, Wakil Walikota Cirebon, kepada Masjid Al-Iklas Kelurahan Karyamulya Kecamatan Kesambi, Pondok Pesantren Sabilul Mutaqien Benda Kerep Kelurahan Argasunya Kecamatan Harjamukti, dan kepada Musholla Daarut Taubah Kelurahan Panjunan Kecamatan Lemahwungkuk.


Penyerahan bantuan pada peringatan hari kebangkitan nasional di

Kota Cirebon. (Pem
kot Cirebon)

Selain itu, bantuan juga diserahkan kepada 4 kelompok

usaha peningkatan pendapatan Keluarga Sejahtera di Kota Cirebon, yaitu kelompok Melati RW 01 Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Harjamukti, Kelompok Mawar RW 06 Kelurahan Kesambi Kecamatan Kesambi, Kelo

mpok Mangga RW 08 Kelurahan Pekalangan Kecamatan Pekalipan dan Kelompok Anggrek RW 03 Kelurahan Kesenden Kecamatan Kejaksan.

Sebelumnya, pada peringatan hari pendidikan nasional, Jum'at (2/5), Walikota Cirebon menyerahkan bantuan sembako kepada Nandang (penjaga SD Karanganyar), alat tulis serta sepatu kepada Larasati (SD Pesisir Baru), dan obat cacing kepada 20 pelajar Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Baru I.


Penyerahan bantuan pada peringatan hari pendidikan nasional di

Kota Cirebon. (Pemkot Cirebon)

Selain itu, Walikota juga menyerahkan piagam penghargaan dalam rangka Hardiknas tahun 2008 kepada Dra. Hj. Munyati, MM penghargaan atas pengabdian/jasa sebagai pengawas sekolah berprestasi, Drs. Ferry Supeno penghargaan sebagai Kepala Sekolah Rintisan SBI dan Pengembangan MBS, H. Elang Tomy Iplaludin, SPd Juara I UPI Award Tingkat Nasional Kategori Guru Pendidikan Seni Tari, Kevint Valiant Kostaman Juara I Cabang Olah Raga Renang Tingkat Nasional, Drs. Alan Karlan Juara I Pengawas TK/SD berprestasi Tingkat Kota Cirebon Tahun 2008, Hj. Suciati SPd , Juara I Kepala Sekolah SMP Berprestasi, Drs. H. Sugihartono Juara I Kepala Sekolah SMK berprestasi, LPK GET Juara I Kursus Bahasa Inggris.

Acara ditutup dengan bersama-sama memainkan alat musik angklung. (Lida, Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Cirebon)

Liburan telah Tiba

LIBURAN SEKOLAH TELAH TIBA MAU DI ISI DENGAN KEGIATAN APA YA...?


LIbur sekolah telah tiba...Enaknya di isi kegiatan apa ya.. ?
supaya tidak membosankan dan juga dapat bermanfaat bagi kita.
jika Liburan kita tidak kemana-mana ada juga alternatif untuk mengisi ke senjangan waktu liburan. salah satu nya adalah :

- Membantu orang Tua
- Melakukan kegitan Bercocok Tanam yang tentunya mengasyikan
- Melakukan Kegiatan yang belum sempat kamu lakukan pada saat sibuk
-Menata kembali Dekorasi kamar kamu supaya menciptakan suasana Baru
-Berkumpul Dengan keluarga dan teman lama

Dan masih banyak hal yang bisa kamu lakukan untuk mengisi liburan
Jadi tidak usah bosan deeh.. kalau liburan tidak kemana-mana.
M
asih Banyak kok yang bisa kamu lakukan...



MARI BERCOCOK TANAM
Tidak Sulit Kok Cara Menanam Bunga.

SYARAT PERTAMA BERCOCOK TANAM.

Anda ingin Menanam tanaman? apa aja, tapi khususnya bunga. Nah, syarat pertama untuk itu sampean harus menyiapkan media tanam terlebih dahulu. Untuk tempatnya bebas, mau ditanem di pot atau ditanah langsung.

Kalo sampean mau nanem bunga di tanah, anda harus membuat lubang ditanah yang sesuai dengan akar dan jenis tanamannya. Misalnya neh, mau nanem mawar, ya buat lubang yang diameter lebarnya +20 cm dengan kedalaman +20 cm juga. Setelah lubangnya siap, ya tinggal diisi. untuk isi lubang akan saya jelaskan di paragraph berikutnya.

Nah, sekarang untuk media tanam,pot. Sampean bisa menggunakan apa aja untuk pot bunga, tapi awas! jangan mancinya istri ato ibu, ntar klo mo nyayur asyem gimana? hee.
Yup! bisa pake pot yang bener-bener pot, bisa pake bekas wadah cat ato ban mobil bekas juga bisa, tergantung selera. Asal jangan ban sepeda ontel apalagi ban yang masih baru, OK?!

Well, media udah ada sekarang tinggal ngisi lubang dan pot. Untuk soal ini saya tukilkan dari situsnya DISTAN Jakarta yang dijamin manjur bikin subur tanaman sampean.

Persipan Media
a. Letakan satu lapis pecahan batu merah (sebagai material pengikat air) di dasar pot
b. Isi pot dengan campuran tanah yang ideal untuk tiap-tiap jenis
i. Campuran yang umum;
pasir 1/3 bagian, tanah geluh 1/3 bagian, pupuk kandang, pecahan batu merah
ii. Campuran untuk jenis suka kering;
Pasir ½ bagian, Pupuk kandang, pecahan batu merah
iii. Campuran untuk jenis suka lembab
Pecahan batu merah, tanah gelu ½ bagian, pupuk kandang, pecahan batu merah
c. Campuran tadi kemudian disiram air dan siap ditanami, biasanya tanaman berasal dari biji atau stek yang sudah ditanam terlebih dahulu ditempat pembibitan atau dari serpihan serumpun tanaman yang sudah besar

Well, udah bisakan nanem bunga baru? itulah syarat pertama bercocok tanam. Kalau begitu sampe jumpa di trik dan tips berikutnya dengan topik “Perawatan Dasar tanaman Bunga” oke? oke? okee??!

Tulisan diarsip dalam rubrik: Bercocok Tanam